Selasa, 22 Oktober 2013

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Uji Kompetensi 1
Nama               : Ana Saraswati
NIM                : K8113006
Kelas/Prodi     : PG-PAUD
Mata Kuliah    : Pancasila

Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Zaman Penjajahan (perjuangan sebelum abad XX). Masa ini terjadi pada masa kerajaan Islam sedang berkembang. Pada masa itu mulailah datang bangsa lain seperti Portugis, Spanyol, Belanda dengan tujuan mencari rempah-rempah. Namun lama-kelamaan tujuan bangsa asing itu berubah menjadi 3G(Gold, Glory and Gospel). Yang salah satu tujuan tersebut adalah menguasai daerah. Oleh karena hal tersebut, bangsa Indonesia melakukan perlawana. Namun perlawanan secara fisik terhadap Belanda bersifat kedaerahan. Sehingga perlawanan bangsa Indonesia mudah diredam oleh Belanda.
Perjuangan secara Nasional Indonesia mulai dilakukan pada tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Boedi Utomo didirikan oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat. Organisasi ini merupakan pelopor pergerakan nasional yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.
Perjuangan bangsa Indonesia oleh para pemuda juga ditandai dengan adanya Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda ini dipelopori oleh Moh.  Yamin,Wongsonegoro,Kuncoro Purbopranoto,dll.
Selain Belanda, Indonesia juga pernah dijajah oleh Jepang. Hal ini diawali pada tanggal 8 Maret 1942, penyerahan Indonesia dari Belanda kepada Jepang. Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda sebagai Saudara Tua dan menarik hati Indonesia dengan janji merdeka kelak dikemudian hari, hal ini terjadi karena Jepang terdesak oleh Sekutu maka Jepang membutuhkan dukungan bangsa Indonesia. Cara Jepang menarik hati bangsa Indonesia yaitu dengan membentuk Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 7 September 1994 dan membentuk BPUPKI dan PPKI.
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan pada tanggal (29 Mei–1 Juni 1945). Dan sidang kedua BPUPKI dilakukan pada tanggal 10-16 Juli 1945. Sidang ini mengasilkan Piagam jakarta yang berisi:
  1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluk,nya.
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
  3. Persatuan indonesia.
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
  5. Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
Proklamasi di Indonesia terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Namun sebelum proklamasi sempat terjadi perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tenteng proklamasi. Golongan muda menginginkan cepat terjadinya proklamasi sedangkan golongan tua menginginkan menunggu sidang PPKI. Karena hal tersebut golongan muda menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Dan setelah golongan tua bernegosiasi dengan golongan muda, maka akhirnya golongan muda melepaskan Soekarno-Hatta dan kemudian mereka menuju rumah Jendral Tadashi Maeda untuk merumuskan teks Proklamasi.
Setelah merdeka, maka dilaksanakan sidang PPKI pertama pada tanggal 18 agustus 1945 yang menghasilkan:
  1. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi pembukaan UUD 1945 (dari piagam jakarta ada perubahan pada sila pertama).
  2. Menetapkan rancangan hukum dasar, yang kemudian menjadi UUD.
  3. Memilih presiden dan wapres pertama.
  4. Menetapkan berdiri,nya KNIP sebagai badan musyawarah darurat.
Selain itu dilaksanakan pula sidang PPKI kedua pada tanggal 19 Agustus 1945 dan menghasilkan beberapa putusan yaitu:
  1. Penetapan 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan.
  2. Menetapkan Indonesia terdiri dari 8 propinsi à Jateng, Jatim, Sumatra, Borneo, Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil dan Jabar.
Sedangkan sidang PPKI ketiga yang dilaksanakan pada tnaggal 22 Agustus 1945 dan menghasilakan keputusan yaitu:
  1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia.
  2. Membentuk Partai Nasional Indonesia.
  3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Makna proklamasi kemerdekaan Indonesia bagi bangsa Indonesia secara sudut hukum yaitu Bangsa indonesia telah merdeka, menghapus tata hukum kolonial dengan menggantinya dengan tata hukum nasional. Sedangkan dilihat dari sudut politis idealis
Makna proklamasi kemerdekaan yaitu Bangsa Indonesia telah lepas dari belenggu penjajah dan sebagai titik puncak perjuangan bangsa Indonesia.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan Indonesia dibedakan menjadi enam periode. Periode pertama yaitu Periode 1945-1949 atau Revolusi Fisik (UUD 1945). Periode ini ditandai dengan Belanda ingin menjajah kembali Indonesia dengan Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948) dan munculnya pemberontakan dari dalam negeri seperti DI/TII, PKI Madiun (1948), PRRI/PERMESTA (1956) dan G-30S/PKI (tahun 1965).
Periode 1949-1950 atau periode RIS (Konstitusi RIS 1949). Periode ini ditandai dengan Berdirinya Negara RIS (Republik Indonesia Serikat)  yang dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik secara politis. Kemudian Negara Bagian dalam RIS tinggallah tiga Negara Bagian            saja yaitu: Negara Bagian RI Proklamasi, Negara Indonesia Timur dan Sumatera Timur. Periode ketiga yaitu Periode 1950-1959 atau Demokrasi Liberal yang mengggunakan UUDS 1950. Periode keempat yaitu Periode 1959-1966 Demokrasi Terpimpin. Periode kelima yaitu orde lama yang ditandai dengan adanya Pemusatan kekuasaan dengan mendirikan badan-badan yang tidak dikenal dalam UUD 1945, yaitu Front Nasional dan Badan Pengawasan Aparatur Negara dan pengangkatan presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup. Kemudian periode Orde Baru yang ditandai dengan Sidang MPR tahun 1973, sebagai upaya MPR untuk mengatur kembali, melengkapi, dan menyempurnakan ketentuan-ketentuan UUD 1945 serta melampirkan Pelita dan Repelita II dalam rangka pelaksanaan GBHN. Dan dalam era global ini ditandai dengan Mengeluarkan TAP MPR-RI No X/MPR/1998 tentang pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan Negara dan Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN dengan TAP MPR No XI/MPR/1998.
 

Mencermati Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pembukaan UUD 1945 mengandung nilai-nilai yang di jujung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab di seluruh muka bumi. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 , disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan di undangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7.
UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara memiliki unsur mutlak yaitu:
1.        Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar Negara yang dibentuknya.
2.        Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok negara, yaitu dasar tujuan Negara baik tujuan umum maupun tujuan khusus, bentuk negara, dan dasar filsafat Negara (asas kerokhanian Negara).
Pokok-pokok pikiran UUD 1945 yaitu:
o      Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dengan berdasar atas persatuan.
o      Negara hendak mewujudkan kaidah
o      norma sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
o      Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas asas kerakyatan dan permusyawaraan perwakilan
Makna pembukaan UUD 1945 alinea pertama yaitu:
  • Keteguhan Bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan penjajah dalam segala bentuk
  • Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan manghapus penjajahan di atas dunia
  • Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan
  • Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia untuk berdiri sendiri
Makna pembukaan UUD 1945 alinea dua yaitu:
  • Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangan pergerakan melawan penjajah
  • Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan
  • Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi harus diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
  • Memuat cita-cita Negara Indonesia, yaitu: Merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
Tujuan adanya pembukaan UUD 1945 yaitu:
o   Untuk mempertanggung jawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari morak bangsa Indonesia untuk merdeka (Alenia I).
o   Untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin di capai dengan kemerdekaan (Alenia 2).
o   Untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia
o   Sebagai ketentuan pedoman dan pegangan dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Notonagoro,1974 : 40).



Visi negara Indonesia dalam mendirikan negara bangsa yang merdeka dengan jelas diungkapkan dalam alinea ke dua, yaitu:
  1. Negara yang merdeka
  2. Negara yang bersatu
  3. Negara yang berdaulat
  4. Negara yang adil dan makmur.
Hakikat kedudukan UUD 1945 yaitu Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut dalam tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 menentukan adanya tertib Indonesia. Konsekuensinya, Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah.

Selasa, 01 Oktober 2013

Sejarah Pendidikan Islam


PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA TIMUR
Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Dosen pengampu : H. Muh. Dja’far Nashir, M.Ag

DISUSUN OLEH :
ANA SARASWATI ( 123111029 )


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012/2013
PENDAHULUAN
Agama Islam masuk ke Jawa dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Islam masuk di Jawa Timur pada abad ke-11.
Penyebaran Islam di Jawa membawa perubahan dalam kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat Jawa. Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.
 Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Jawa Timur. Berbagai pusat keagamaan serta pendidikan banyak berkembang di Jawa Timur. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang berkembang pesat adalah pesantren.


PEMBAHASAN

Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik bertahun 1082, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.
Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para wali kebanyakan menggunakan media pondok pesantren atau padepokan. Beliau-beliau mengajarkan para santri dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan. Walisongo adalah orang-orang yang tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah dengan keahlian yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada seni budaya, juga ada yang bergerak di dalam pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.
Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Jawa Timur
1.      Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) di Gresik
Syekh Maulana Malik Ibrahim  berasal dari Turki, beliau diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah pada awal abad ke 14. Dia adalah seorang ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa pada tahun 1404 M. Tanah Jawa yang pertama kali disinggahi oleh Maulana Malik Ibrahim adalah desa Sembalo (sekarang adalah daerah Leran, kecamatan Manyar, sekitar 9 km dari uatara kota Gresik). Adapun aktivitas pertama Maulana Malik Ibrahim di tanah ini bukanlah berdakwah, melainkan menyediakan diri mengobati masyarakat secara gratis. Usai mendapatkan hati masyarakat, barulah Maulana Malik Ibrahim memulai misi dakwahnya dengan membangun sebuah pondok pesantren di Leran.
Agama dan istiadat tidak langsung ditentangnya dengan formal dan penuh kekerasan oleh agama Islam. Beliau langsung memperkenalkan kemuliaan akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat , tutur bahasanya sopan, lemah lembut, santun kepada fakir miskin, hormat pada orang tua dan menyayangi kaum muda. Dengan cara itu ternyata sedikit demi sedikit banyak juga orang Jawa yang mulai tertarik pada agama Islam dan pada akhirnya mereka menganut agama Islam.
Di kalangan jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal terutama kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Maka ketika Sunan Gresik menerangkan kedudukan dalam Islam, orang kasta Sudra dan Wisa tertarik. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya orang yang beriman dan bertakwa tinggi kedudukannya disisi Allah. Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat menyebarkan Islam, dia mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.
Maulana Malik Ibrahim juga mendirikan tempat pondokan agama untuk menyebarkan Islam. Beserta putranya Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama di daerah Gresik (karena itu Maulana Malik Ibrahim digelari Sunan Gresik). Lalu putranya, Raden Rahmat yang bergelar Sunan Ampel mendirikan padepokan di Ampel Dentha.
Dua putranya Sunan Drajat dan sunan Bonang juga belajar di pesantren Ampel Aenta. Sunan Bonang dilahirkan pada 1465 M di daerah Tuban. Tak hanya sebagai tempat kelahirannya, Tuban juga kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh Sunan Bonang. Sunan Ampel memiliki sepupu bernama Joko Samudro atau Raden Paku yang juga menjadi muridnya dan bergelar Sunan Giri.
Sunan Giri nantinya akan mendirikan pesantren Giri yang justru memerlukan banyak murid-murid yang nantinya akan menyebarkan Islam di berbagai belahan Indonesia tengah.
Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang ayah dari Walisongo. Beliau wafat di Gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.
2.      Raden Rahmat (Sunan Ampel) di Surabaya
Raden Rahmat Ali Rahmatullah adalah raja Cempa, ayahnya bernana Ibrahim Asmaira Kandi yang kawin dengan Puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candra Wulan.
Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit karena bibinya Dewi Dwar Wati diperisteri Raja Brawijaya, dan isteri yang paling disukainya. Raden Rahmat berhenti di Tuban, ditempat beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang kemudian bersama kedua orang bersama keluarganya masuk Islam. Dengan adanya dua orang ini Raden Rahmat semakin mudah mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitarnya. Beliau tidaka langsung melarang mereka yang masih menganut adat istiadat lama, tapi sedikit demi sedikit, tentang ajaran ketauhidan. Beliau menetap di Ampel Denta dan kemudian disebut Sunan Ampel.selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat putera bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau berguru kepadanya. Dan beliau wafat pada tahun 1478 M. Dimakamkan di sebelah mesjid Ampel.
3.      Syekh Maulana Ishak (Sunan Giri) di Gresik
Di awal abad ke 14 kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Semboyo, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan sebagian yang memeluk agama Budha.
Pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit, banyak yang meninggal. Banyak korban berjatuhan dan pteri Prabu juga terserang penyakit beberapa bulan. Banyak tabib dan dudun mengobati tapi sang puteri belum sembuh juga. Lalu prabu Menak mengutus Patih Bajul Senggoro ke gunung Gresik. Patih Bajul Senggoro dapat bertemu dengan Syekh Maulana Ishak yang sedang bertafakkur di sebuah goa. Setelah terjadi negosiasi bahwa raja dan rakyat mau diajak masuk Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia datang ke Blambangan. Memang beliau pandai dalam pengobatan, Puteri Dewi Sekardadu sembuh setelah diobati dari wabah penyakit lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji Sunan Giri dikawinkan denagn Puteri Dewi Sekardadu dan diberi kekuasaan sebagai adipati Blambangan. Setelah banyak sekali beliau pindah ke Singapura dan wafat disana.
4.      Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) di Tuban
Beliau adalah putera Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Sekembali dari Persia untuk berguru kepada Syekh Maulana Ishak ke tanah Jawa, beliau berdakwah di daerah Tuban. Cara berdakwahnya cukup unik dan bijaksana,beliau ahli dalam menciptakan gending dan tembang yang disukai rakyat. Dan beliau ahli dalam membunyikan gending yang disebut bonang, sehingga rakyat Tuban dapat diambil hatinya untuk masuk mesjid.
Beliau membunyikan bonang rakyat yang mendengar seperti terhipnotis teru melangkah ke mesjid karena ingin mendengar langsung dari dekat. Dengan cara ini sedikit demi sedikit dapat merebut simpati rakyat, lalu menanamkan pengertian sebenarnya tentang Islam.
5.      Raden Qasim (Sunan Drajad) di Lamongan
Beliau adalah putera Sunan Ampel dari Dewi Candra Wati. Beliau berdakwah di daerah Drajad sehingga dikenal Sunan Drajad. Cara menyebarkan agama Islam dilakukan dengan cara menabuh seperangkat gamelan, gending dan tembang mocopat, setelah itu baru diberi ceramah Islam. Dan beliau mendirikan pesantren untuk menyiarkan Islam.
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur adalah Pesantren Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 26 Rabi’ul Awal 1899 M. Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab. Hal ini karena para kyai-kyai dan ulama-ulama Indonesia mengacu pada rencana pelajaran di Makkah.
Pembaharuan Tebuireng pertama kali ialah dengan mendirikan Madrasah Salafiah pada tahun 1929 dengan K.H. Ilyas sebagai kepala madrasah. Madrasah Salafiah merupakan tangga untuk memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Dibawah kepemimpinan K.H. Ilyas, mulai dimasukan pengetahuan umum seperti:
1.      Membaca dan menulis huruf Latin
2.      Mempelajari bahasa Indonesia
3.      Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia
4.      Mempelajari ilmu berhitung
Pada zaman sekarang, pesantren Tebuireng membuka madrasah modern, sekolah agama yang teratur menurut cara modern disamping pengajian secara lama. Bahasa pengantar yang digunakan di pesantren ini adalah bahasa Indonesia dan untuk beberapa pengajaran tertentu dipakai bahasa Arab dan bahasa asing.
Dalam pesantren Tebuireng terdapat beberapa tingkatan. Tingkat rendah bernama madrasah Salafiah, mempunyai enam kelas, ditambah kelas nol, yaitu sebelum kelas satu. Pengajaran dalam madrasah ini terdiri dari atas 75% pengetahuan umum dan bahasa-bahasa dan 25% agama.
Tingkat yang kedua yaitu bahagian Tsanawiyah atau bahagian Menengah yang dibagi atas dua bahagian yaitu bagian A dan bagian B. Tsanawiyah bagian A menerima pengajaran Agama 75% dan pengajaran umum 25%. Sedangkan Tsanawiyah bagian B menerima pengajaran agama 25% dan pengajaran umum 75%. Pengajaran umum pada bagian B disesuaikan dengan pengajaran SMP sehingga murid-muridnya dapat mengikuti ujian sekolah negeri.
Dengan demikian Tebuireng memiliki dua macam pengajaran, yaitu:
ë  Bagian ‘am atau cara pesantren yang tidak terbatas waktu dan ilmuunya, diberikan dalam masjid atau sekitarnya secara halaqah.
ë  Bagian Nizam atau cara sekolah/madrasah yang mempunyai tingkat-tingkat dan kelas-kelas.
Menurut keterangan dari K.H.A Khalik Hasyim, pondok pesantren Tebuireng terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1.      Madrasah Ibtidaiyah, lama belajarnya yaitu 6 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 70% ilmu agama dan 30% ilmu umum.
2.      Bagian Tsanawiyah, lama belajarnya yaitu 3 tahun. Mata pelajaranya 70% agama dan 30% umum.
3.      Bagian Mu’allimin, lama pelajaranya 5 tahun.
4.      Bagian pesantren, yaitu sesuai dengan sisten yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Kitab-kitab yang digunakan untuk madrasah Ibtidaiyah antara lain:

a.  Ajrumiyah
b.  Mutammimah
c.  Alfiyah
d. Safinatus Shalah
e.  Sullamut Taufiq
f.   Taqrib
g.  Tarikh Umar al-Khaiyam
h.  ‘Aqidahtul ‘Awam
i.    Badul ‘Amal
j.    Hushunul Hamidiah
k.  Kharidah alBahiyah.

Kitab-kitab yang digunakan untuk madrasah Tsanawiyah antara lain:

a.      Tafsir Jalalain
b.      Sullamul Lughah (Balaghah)
c.       Alfiyah (Sharaf)
d.      Kifayatul ‘Awam
e.       Fathul Mu’in, Waraqat
f.        Sullamul Mantiq
g.      Riyadus Shalihin
h.      Nurul Yaqin
i.        Kifayatul Akhyar.

Pondok pesantren Tebuireng memiliki sistim pengajaran yang menarik yaitu pada bagian pelajar-pelajar yang terpandai, guru tidak membaca kitab dan menerangkan pelajaran, namun pelajar-pelajar sendiri yang membaca kitab dengan cara bergiliran.
Pendidikan Islam di Jawa Timur tidak terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Surabaya. Pendirinya yaitu K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab, K.H. Bisri, K.H. Riduwan dll. NU adalah perkumpulan sosial yang mementingkan pendidikan dan pengajaran Islam. Oleh sebab itu NU mendirikan beberapa madrasah ditiap cabang dan ranting.
Pada tahun 1356 H (1938 M), komisi perguruan NU mengeluarkan reglement tentang susunan madrasah-madrasah NU. Susunan tersebut adalah sebagai berikut:
@ Madrasah Awaliyah, lama belajar 2 tahun.
@ Madrasah Ibtidaiyah, lama belajar 3 tahun.
@ Madrasah Tsanawiyah, lama belajar 3 tahun.
@ Madrasah Mu’allimin Wustha, lama belajar 2 tahun.
@ Madrasah Mu’allimin ‘Ulya, lama belajar 3 tahun.
Pada tanggal 23-26 Februari 1954, diadakan suatu Konferensi Besar Seluruh Indonesia, NU bagian Ma’arif mengambil suatu keputusan tentang susunan Sekolah/Madrasah NU sebagai berikut:
1.      Raudlatul Athfal (Taman Kanak-kanak) dengan lama belajar 3 tahun.
2.      S.R. (Sekolah Rendah), lama belajar 6 tahun.
3.      SMP NU, lama belajar 3 tahun.
4.      SMA NU, lama belajar 3 tahun.
5.      SGB NU, lama belajar 4 tahun.
6.      SGA NU, lama belajar 3 tahun.
7.      MMP (Madrasah Menengah Pertama) NU, lama belajar 3 tahun.
8.      MMA (Madrasah Menengah Atas) NU, lama belajar 3 tahun.
9.      Mua’allimin/Mu’allimat NU, lama belajar 5 tahun.
Selain Pondok Pesantren  Tebuireng, di Jawa Timur masih memiliki banyak pesantren antara lain Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Pesantren ini didirikan oleh K. Hasbullah. Pondok ini memiliki tiga bagian, yaitu:
T  Bagian Ibtidaiyah, lama belajarnya yaitu 6 tahun. Pelajaranya terdiri dari 50% ilmu agama dan 50% ilmu umum.
T  Bagian Mu’allimin, lama belajarnya adalah 4 tahun. Pada bagian ini diajarkan pengetahuan umum dan ilmu mendidik.
T  Bagian Mu’allimat, lama belajarnya adalah 4 tahun. Pada bagian ini juga diajarkan pengetahuan umum dan ilmu mendidik.
Kitab-kitab yang digunakan pada bagian Ibtidaiyah antara lain:

a.       Mabadiul-Fiqhiyah
b.      Aqidatul ‘Awam
c.       Hidayatus Shibyan
d.      Muhawaratul Athfal
e.       Tashilun Nahwu
f.       Amtsilah Tasrif
g.      Badul Amal
h.      Lughah Arabiyah (Umar A. Jabbar)
i.        Tuhfatul Atfal
j.        Al Akhlaq lil Banat
k.      Fathul Qarib
l.        Nahwul Wadlih
m.    Jawahir Kalamiyah
n.      Muhadatsah Awaliyah
o.      Khulashah Nurul Yaqin
p.      Hadits Arba’in
q.      ‘Imrithi
r.        ‘Idatul Faridl
s.       Tarikh (Mahyudin al-Khaiyat)
t.        Bulughul Maram
u.      Tahrir
v.      Alfiyah (Ibnu Malik)
w.    Tafsir Jalalain
x.      Sullam Lughah Arabiyah.

Sedangkan kitab-kitab yang digunakan untuk Mu’allimin dan Mu’allimat adalah sebagai berikut:

a.       Fathul Mu’in
b.      Fathul Wahab
c.       Alfiyah (Ibnu Malik)
d.      Bulughul Maram
e.       Tarikh (Mahyudin al-Khaiyah)
f.       Qiraatut Tadrijiyah
g.      Qiraatur Rasyidah
h.      Tafsir Jalalain
i.        Hushunul Hamidiah
j.        Qawa’idul Lughah Arabiyah
k.      Muzakkirat (Ushul Fiqhi)
l.        Jawahirul Bukhari
m.    Jauharul Maknun
n.      Waraqat
o.      Tajridus Shahih
p.      Sullam
q.      Baiquniyah
r.        Faraidlul Bahiyah
s.       Tarbiyah wat Tahzib
t.        Tarbiyah Adabiyah
u.      Durusul Falakiyah
v.      Sullamun Nirain.

Selain kedua pesantren diatas, adapula Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang. Pesantren ini didirikan oleh K.H. Tamim pada tahun 1338 H (1919 M). Pada tahun 1346 H (1927 M) pesantern ini mengadakan perubahan dan pembaharuan dengan mengadakan kelas berbentuk madrasah disamping sistem pesantren tradisional. Pesantren Rejoso ini memiliki beberapa bagian yaitu:
1.      Bagian Ibtidaiyah (Ibtidaiyah Putera dan Ibtidaiyah Puteri). Lama belajarnya yaitu 6 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50% Agama dan 50% ilmu pengetahuan umum.
2.      Bagian Mu’allimin, lama belajarnya yaitu 3 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50% Agama dan 50% pengetahuan umum.
3.      Mu’allimin Atas, lama belajarnya yaitu 2 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50% agama dan 50% pengetahuan umum.
4.      Bagian Mu’allimat, lama belajarnya yaitu 4 tahun. Mata pelajaranya yaitu 50% agama dan 50% pengetahuan umum.
5.      Bagian Pesantren
6.      Bagian menghafal Al-Qur’an.
Pesantren ini merupakan pesantren terbesar dan terbanyak muridnya. Karena jumlah murid madrasah Ibtidaiyah putera-puteri, Mu’allimin dan Mu’allimat adalah 2300 orang. Jumlah murid seluruhnya yaitu 5700 orang pada tahun 1959.
Kitab-kitab yang dipakai pada Pondok pesantren Rejoso antara lain:

š Ajrumiah
š Tasrifan
š Maqsud
š ‘Imrithi
š Qawaidul I’rab
š Nahwul Wadlih
š Alfiyah
š Ibnu ‘Aqil
š Fathul Qarib
š Fathul Mu’in
š Minhajul Qawim
š Fathul Wahhab
š Al-Mahalli
š Iqna’
š Tahrir
š Syarqawi
š Lathaiful Isyarah
š Waraqat
š Jam’ul Jawami’
š Al-Luma’
š Tafsir Jalalain
š Jauharul Maknun
š ‘Uqudul Juman
š Hadits Arba’in
š Bulughul Maram
š Tajridus Shahih
š Hadits Buchari
š Idhahul Mubham
š Sanusi
š Dusuqi
š Jawahir Kalamiyah
š ‘Aqidatul ‘Awam
š Minhajul ‘Abidin
š Bidayatul Hidayah
š Risalatul Mu’amanah
š Irsyadul ‘Ibad
š Alhikam
š Ihya’ ‘Ulumuddin
š Musthalah Hadits (Mahmud Yunus)

Pondok pesantren yang paling terkenal yang ada di Jawa Timur adalah Pondok Modern Pesantren Gontor Ponorogo. Pondok ini didirikan pada tahun 1926 M (1344 H). Kemudian diperbaharui pada tahun 1936 M oleh Imam Zarkasyi. Pondok modern ini memiliki gedung sendiri dan asrama sendiri serta aula besar tempat berceramah, berpidato dan bersandiwara, dengan alat musiknya.
Dalam pondok ini murid-murid dididik dan dilatih mengamalkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya serta mebiasakan bercakap-cakap dalam bahasa Arab. Bahasa pengantar yang digunakan juga bahasa Arab. Inilah satu-satunya madrasah di Indonesia yang pertama kali memakai bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Metode yang digunakan dalam mengajarkan bahasa Arab adalah metode langsung. Selain bahasa Arab, pndok ini juga mementingkan bahasa Inggris.
Murid-murid Pondok Modern Gontor memiliki organisasi yang mereka laksanakan sendiri dibawah pimpinan guru-guru. Organisasi tersebut terdiri dari bagian olahraga, bagian kesehatan, bagian keamanan, bagian kesenian, bagian penerangan, baian pelajaran dll.
Mata pelajaran yang diajarkan tingkat Ibtidaiyah di Pondok Modern Gontor adalah sebagai berikut:
1.      Bahasa Arab: Imlak, mengarang/pidato, membaca, hafalan, Khat, Nahwu/Saraf, Balaghah, Adab Lughah.
2.      Ilmu-ilmu Agama: Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, Hadits, Musthalah Hadits, Ushul Fiqhi, Aqaid/Agama, mantiq, Tarikh Islam.
3.      Ilmu-ilmu umum: berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu hayat, sejarah indonesia/umum, ilmu bumi, pendidikan/ilmu jiwa, praktik mengajar, Tata Negara, gerak badan, menggambar/seni suara, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.





















KESIMPULAN

Islam pertama kali masuk ke Jawa Timur pada abad ke-11. Hal ini dibuktikan adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik pada tahun 1082.
Pengajaran Islam di Jawa Timur dilakukan oleh Wali Sanga. Karena lima dari Wali Sanga menyebarkan Islam di Jawa Timur. Kelima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan  Gresik di Gresik, Sunan Giri di gresik, Sunan Drajat di Lamongan dan Sunan Bonang di Tuban.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para Wali Sanga kebanyakan menggunakan media pondok pesantren atau padepokan. Sehingga lembaga pendidikan yang muncul dan berkembang di Jawa Timur adalah model pesantren.
Ciri-ciri pendidikan Islam di Jawa Timur yaitu kebanyakan berbentuk pesantren yang mengacu pada pendidikan Arab. Adapula bentuk-bentuk madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Mu’allimin, dan Mu’allimat. Adapula Raudatul Athfal dan khusus Hafidz Qur’an.
Pembelajaran kebanyakan menggunakan kitab-kitab klasik. Namun sekarang selain belajar kitab, kurikulum pendidikan Islam juga ditambah dengan mata pelajaran umum. Hal ini adalah usaha untuk menyesuaikan perkembangan dan tuntutan zaman.


DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Yunus, Mahmud.1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
K Rukiati,Enung dan Hikmawati, Fenti.2006. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
hhttp://syamsul14.wordpress.com/2013/04/03/pendidikan-islam-masa-permulaan-di-indonesia/
https://sites.google.com/site/spidijawatimur/