PENDIDIKAN
ISLAM DI JAWA TIMUR
Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Dosen pengampu : H. Muh. Dja’far Nashir, M.Ag
DISUSUN OLEH :
ANA SARASWATI ( 123111029 )
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
PENDAHULUAN
Agama Islam masuk ke Jawa dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian
diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Islam masuk di Jawa
Timur pada abad ke-11.
Penyebaran
Islam di Jawa membawa perubahan dalam kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat Jawa. Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain
ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari
yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern.
Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan zamannya.
Islam merupakan agama
mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Jawa Timur. Berbagai pusat keagamaan
serta pendidikan banyak berkembang di Jawa Timur. Salah satu lembaga pendidikan
Islam yang berkembang pesat adalah pesantren.
PEMBAHASAN
Islam
pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke
Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik
bertahun 1082, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.
Penyebaran
Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara
sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa
Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di
Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di
Tuban.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para wali kebanyakan menggunakan
media pondok pesantren atau padepokan. Beliau-beliau mengajarkan para santri
dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan. Walisongo adalah orang-orang yang
tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah dengan keahlian
yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada seni budaya, juga ada yang bergerak di
dalam pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk
pendidikan dan dakwah Islam.
Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Jawa Timur
1.
Syekh
Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) di Gresik
Syekh Maulana Malik Ibrahim
berasal dari Turki, beliau diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah pada awal abad ke 14. Dia adalah seorang
ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa
pada tahun 1404 M. Tanah Jawa yang pertama kali disinggahi oleh Maulana Malik
Ibrahim adalah desa Sembalo (sekarang adalah daerah Leran, kecamatan Manyar,
sekitar 9 km dari uatara kota Gresik). Adapun aktivitas pertama Maulana Malik
Ibrahim di tanah ini bukanlah berdakwah, melainkan menyediakan diri mengobati
masyarakat secara gratis. Usai mendapatkan hati masyarakat, barulah Maulana
Malik Ibrahim memulai misi dakwahnya dengan membangun sebuah
pondok pesantren di Leran.
Agama dan istiadat tidak langsung
ditentangnya dengan formal dan penuh kekerasan oleh agama Islam. Beliau
langsung memperkenalkan kemuliaan akhlak yang diajarkan oleh agama Islam.
Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat , tutur bahasanya
sopan, lemah lembut, santun kepada fakir miskin, hormat pada orang tua dan
menyayangi kaum muda. Dengan cara itu ternyata sedikit demi sedikit banyak juga
orang Jawa yang mulai tertarik pada agama Islam dan pada akhirnya mereka
menganut agama Islam.
Di kalangan jelata Sunan Gresik atau
sering dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal terutama kasta rendah yang selalu
ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Maka ketika Sunan Gresik menerangkan
kedudukan dalam Islam, orang kasta Sudra dan Wisa tertarik. Sunan Gresik
menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya
orang yang beriman dan bertakwa tinggi kedudukannya disisi Allah. Dan untuk
mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat menyebarkan Islam, dia mendirikan
pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.
Maulana Malik Ibrahim juga
mendirikan tempat pondokan agama untuk menyebarkan Islam. Beserta putranya
Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama di daerah Gresik (karena
itu Maulana Malik Ibrahim digelari Sunan Gresik). Lalu putranya, Raden Rahmat
yang bergelar Sunan Ampel mendirikan padepokan di Ampel Dentha.
Dua putranya Sunan Drajat dan sunan
Bonang juga belajar di pesantren Ampel Aenta. Sunan Bonang dilahirkan pada 1465
M di daerah Tuban. Tak hanya sebagai tempat kelahirannya, Tuban juga kemudian
menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh Sunan Bonang. Sunan Ampel memiliki
sepupu bernama Joko Samudro atau Raden Paku yang juga menjadi muridnya dan
bergelar Sunan Giri.
Sunan Giri nantinya akan mendirikan
pesantren Giri yang justru memerlukan banyak murid-murid yang nantinya akan
menyebarkan Islam di berbagai belahan Indonesia tengah.
Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang
ayah dari Walisongo. Beliau wafat di Gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.
2.
Raden Rahmat
(Sunan Ampel) di Surabaya
Raden Rahmat Ali Rahmatullah adalah
raja Cempa, ayahnya bernana Ibrahim Asmaira Kandi yang kawin dengan Puteri Raja
Cempa yang bernama Dewi Candra Wulan.
Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung
ke Majapahit karena bibinya Dewi Dwar Wati diperisteri Raja Brawijaya, dan
isteri yang paling disukainya. Raden Rahmat berhenti di Tuban, ditempat beliau
berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang
Kuning, yang kemudian bersama kedua orang bersama keluarganya masuk Islam.
Dengan adanya dua orang ini Raden Rahmat semakin mudah mengadakan pendekatan
dengan masyarakat sekitarnya. Beliau tidaka langsung melarang mereka yang masih
menganut adat istiadat lama,
tapi sedikit demi sedikit, tentang ajaran ketauhidan. Beliau menetap di Ampel
Denta dan kemudian disebut Sunan Ampel.selanjutnya beliau mendirikan pesantren
tempat putera bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau
berguru kepadanya. Dan beliau wafat pada tahun 1478 M. Dimakamkan di sebelah
mesjid Ampel.
3.
Syekh
Maulana Ishak (Sunan Giri) di Gresik
Di awal abad ke 14 kerajaan
Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Semboyo, salah seorang keturunan Prabu
Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan
sebagian yang memeluk agama Budha.
Pada waktu itu kerajaan Blambangan
sedang dilanda wabah penyakit, banyak yang meninggal. Banyak korban berjatuhan
dan pteri Prabu juga terserang penyakit beberapa bulan. Banyak tabib dan dudun
mengobati tapi sang puteri belum sembuh juga. Lalu prabu Menak mengutus Patih
Bajul Senggoro ke gunung Gresik. Patih Bajul Senggoro dapat bertemu dengan
Syekh Maulana Ishak yang sedang bertafakkur di sebuah goa. Setelah terjadi
negosiasi bahwa raja dan rakyat mau diajak masuk Islam maka Syekh Maulana Ishak
bersedia datang ke Blambangan. Memang beliau pandai dalam pengobatan, Puteri Dewi Sekardadu sembuh setelah diobati
dari wabah penyakit lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji Sunan Giri
dikawinkan denagn Puteri Dewi Sekardadu dan diberi kekuasaan sebagai adipati
Blambangan. Setelah banyak sekali beliau pindah ke Singapura dan wafat disana.
4.
Raden Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang) di Tuban
Beliau adalah putera Sunan Ampel.
Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Sekembali dari Persia untuk berguru kepada Syekh
Maulana Ishak ke tanah Jawa, beliau berdakwah di daerah Tuban. Cara
berdakwahnya cukup unik dan bijaksana,beliau ahli dalam menciptakan gending dan
tembang yang disukai rakyat. Dan beliau ahli dalam membunyikan gending yang
disebut bonang, sehingga rakyat Tuban dapat diambil hatinya untuk masuk mesjid.
Beliau membunyikan bonang rakyat
yang mendengar seperti terhipnotis teru melangkah ke mesjid karena ingin
mendengar langsung dari dekat. Dengan cara ini sedikit demi sedikit dapat
merebut simpati rakyat, lalu menanamkan pengertian sebenarnya tentang Islam.
5.
Raden Qasim
(Sunan Drajad) di Lamongan
Beliau adalah putera Sunan Ampel
dari Dewi Candra Wati. Beliau berdakwah di daerah Drajad sehingga dikenal Sunan
Drajad. Cara menyebarkan agama Islam dilakukan dengan cara menabuh seperangkat
gamelan, gending dan tembang mocopat, setelah itu baru diberi ceramah Islam.
Dan beliau mendirikan pesantren untuk menyiarkan Islam.
Pendidikan Islam yang cukup terkenal
di Jawa Timur adalah Pesantren Tebuireng, yaitu
pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 26 Rabi’ul Awal 1899 M. Pada
mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab. Hal ini karena
para kyai-kyai dan ulama-ulama Indonesia mengacu pada rencana pelajaran di
Makkah.
Pembaharuan Tebuireng pertama
kali ialah dengan mendirikan Madrasah Salafiah pada tahun 1929 dengan K.H.
Ilyas sebagai kepala madrasah. Madrasah Salafiah merupakan tangga untuk
memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Dibawah kepemimpinan K.H. Ilyas,
mulai dimasukan pengetahuan umum seperti:
1.
Membaca dan
menulis huruf Latin
2.
Mempelajari
bahasa Indonesia
3.
Mempelajari
ilmu bumi dan sejarah Indonesia
4.
Mempelajari
ilmu berhitung
Pada zaman sekarang, pesantren
Tebuireng membuka madrasah modern, sekolah agama yang teratur menurut cara
modern disamping pengajian secara lama. Bahasa pengantar yang digunakan di
pesantren ini adalah bahasa Indonesia dan untuk beberapa pengajaran tertentu
dipakai bahasa Arab dan bahasa asing.
Dalam pesantren Tebuireng
terdapat beberapa tingkatan. Tingkat rendah bernama madrasah Salafiah,
mempunyai enam kelas, ditambah kelas nol, yaitu sebelum kelas satu. Pengajaran
dalam madrasah ini terdiri dari atas 75% pengetahuan umum dan bahasa-bahasa dan
25% agama.
Tingkat yang kedua yaitu bahagian
Tsanawiyah atau bahagian Menengah yang dibagi atas dua bahagian yaitu bagian A
dan bagian B. Tsanawiyah bagian A menerima pengajaran Agama 75% dan pengajaran
umum 25%. Sedangkan Tsanawiyah bagian B menerima pengajaran agama 25% dan
pengajaran umum 75%. Pengajaran umum pada bagian B disesuaikan dengan
pengajaran SMP sehingga murid-muridnya dapat mengikuti ujian sekolah negeri.
Dengan demikian Tebuireng
memiliki dua macam pengajaran, yaitu:
ë
Bagian ‘am atau
cara pesantren yang tidak terbatas waktu dan ilmuunya, diberikan dalam masjid
atau sekitarnya secara halaqah.
ë
Bagian Nizam
atau cara sekolah/madrasah yang mempunyai tingkat-tingkat dan kelas-kelas.
Menurut keterangan dari K.H.A
Khalik Hasyim, pondok pesantren Tebuireng terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1.
Madrasah Ibtidaiyah,
lama belajarnya yaitu 6 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 70% ilmu agama dan
30% ilmu umum.
2.
Bagian
Tsanawiyah, lama belajarnya yaitu 3 tahun. Mata pelajaranya 70% agama dan 30%
umum.
3.
Bagian
Mu’allimin, lama pelajaranya 5 tahun.
4.
Bagian pesantren,
yaitu sesuai dengan sisten yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Kitab-kitab yang digunakan untuk
madrasah Ibtidaiyah antara lain:
a.
Ajrumiyah
b.
Mutammimah
c.
Alfiyah
d.
Safinatus
Shalah
e.
Sullamut Taufiq
f.
Taqrib
g.
Tarikh Umar
al-Khaiyam
h.
‘Aqidahtul ‘Awam
i.
Badul ‘Amal
j.
Hushunul
Hamidiah
k.
Kharidah alBahiyah.
Kitab-kitab yang digunakan untuk madrasah
Tsanawiyah antara lain:
a.
Tafsir Jalalain
b.
Sullamul Lughah
(Balaghah)
c.
Alfiyah
(Sharaf)
d.
Kifayatul ‘Awam
e.
Fathul Mu’in,
Waraqat
f.
Sullamul Mantiq
g.
Riyadus
Shalihin
h.
Nurul Yaqin
i.
Kifayatul
Akhyar.
Pondok pesantren Tebuireng
memiliki sistim pengajaran yang menarik yaitu pada bagian pelajar-pelajar yang
terpandai, guru tidak membaca kitab dan menerangkan pelajaran, namun
pelajar-pelajar sendiri yang membaca kitab dengan cara bergiliran.
Pendidikan Islam di Jawa Timur tidak
terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada
tanggal 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926) di Surabaya. Pendirinya yaitu K.H. Hasyim
Asy’ari, K.H. Abdul Wahab, K.H. Bisri, K.H. Riduwan dll. NU adalah perkumpulan
sosial yang mementingkan pendidikan dan pengajaran Islam. Oleh sebab itu NU
mendirikan beberapa madrasah ditiap cabang dan ranting.
Pada tahun 1356 H (1938 M),
komisi perguruan NU mengeluarkan reglement tentang susunan madrasah-madrasah
NU. Susunan tersebut adalah sebagai berikut:
@ Madrasah Awaliyah, lama belajar 2 tahun.
@ Madrasah Ibtidaiyah, lama belajar 3 tahun.
@ Madrasah Tsanawiyah, lama belajar 3 tahun.
@ Madrasah Mu’allimin Wustha, lama belajar 2 tahun.
@ Madrasah Mu’allimin ‘Ulya, lama belajar 3 tahun.
Pada tanggal 23-26 Februari 1954,
diadakan suatu Konferensi Besar Seluruh Indonesia, NU bagian Ma’arif mengambil
suatu keputusan tentang susunan Sekolah/Madrasah NU sebagai berikut:
1.
Raudlatul
Athfal (Taman Kanak-kanak) dengan lama belajar 3 tahun.
2.
S.R. (Sekolah
Rendah), lama belajar 6 tahun.
3.
SMP NU, lama
belajar 3 tahun.
4.
SMA NU, lama
belajar 3 tahun.
5.
SGB NU, lama
belajar 4 tahun.
6.
SGA NU, lama
belajar 3 tahun.
7.
MMP (Madrasah
Menengah Pertama) NU, lama belajar 3 tahun.
8.
MMA (Madrasah
Menengah Atas) NU, lama belajar 3 tahun.
9.
Mua’allimin/Mu’allimat
NU, lama belajar 5 tahun.
Selain Pondok Pesantren Tebuireng, di Jawa Timur masih memiliki
banyak pesantren antara lain Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang.
Pesantren ini didirikan oleh K. Hasbullah. Pondok ini memiliki tiga bagian,
yaitu:
T
Bagian
Ibtidaiyah, lama belajarnya yaitu 6 tahun. Pelajaranya terdiri dari 50% ilmu
agama dan 50% ilmu umum.
T
Bagian
Mu’allimin, lama belajarnya adalah 4 tahun. Pada bagian ini diajarkan
pengetahuan umum dan ilmu mendidik.
T
Bagian
Mu’allimat, lama belajarnya adalah 4 tahun. Pada bagian ini juga diajarkan
pengetahuan umum dan ilmu mendidik.
Kitab-kitab yang digunakan pada
bagian Ibtidaiyah antara lain:
a.
Mabadiul-Fiqhiyah
b.
Aqidatul ‘Awam
c.
Hidayatus
Shibyan
d.
Muhawaratul
Athfal
e.
Tashilun Nahwu
f.
Amtsilah Tasrif
g.
Badul Amal
h.
Lughah Arabiyah
(Umar A. Jabbar)
i.
Tuhfatul Atfal
j.
Al Akhlaq lil
Banat
k.
Fathul Qarib
l.
Nahwul Wadlih
m.
Jawahir
Kalamiyah
n.
Muhadatsah
Awaliyah
o.
Khulashah Nurul
Yaqin
p.
Hadits Arba’in
q.
‘Imrithi
r.
‘Idatul Faridl
s.
Tarikh
(Mahyudin al-Khaiyat)
t.
Bulughul Maram
u.
Tahrir
v.
Alfiyah (Ibnu
Malik)
w.
Tafsir Jalalain
x.
Sullam Lughah
Arabiyah.
Sedangkan kitab-kitab yang
digunakan untuk Mu’allimin dan Mu’allimat adalah sebagai berikut:
a.
Fathul Mu’in
b.
Fathul Wahab
c.
Alfiyah (Ibnu
Malik)
d.
Bulughul Maram
e.
Tarikh
(Mahyudin al-Khaiyah)
f.
Qiraatut
Tadrijiyah
g.
Qiraatur
Rasyidah
h.
Tafsir Jalalain
i.
Hushunul
Hamidiah
j.
Qawa’idul
Lughah Arabiyah
k.
Muzakkirat
(Ushul Fiqhi)
l.
Jawahirul
Bukhari
m.
Jauharul Maknun
n.
Waraqat
o.
Tajridus Shahih
p.
Sullam
q.
Baiquniyah
r.
Faraidlul
Bahiyah
s.
Tarbiyah wat
Tahzib
t.
Tarbiyah
Adabiyah
u.
Durusul
Falakiyah
v.
Sullamun
Nirain.
Selain kedua pesantren diatas,
adapula Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang. Pesantren ini didirikan
oleh K.H. Tamim pada tahun 1338 H (1919 M). Pada tahun 1346 H (1927 M)
pesantern ini mengadakan perubahan dan pembaharuan dengan mengadakan kelas
berbentuk madrasah disamping sistem pesantren tradisional. Pesantren Rejoso ini
memiliki beberapa bagian yaitu:
1.
Bagian
Ibtidaiyah (Ibtidaiyah Putera dan Ibtidaiyah Puteri). Lama belajarnya yaitu 6
tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50% Agama dan 50% ilmu pengetahuan umum.
2.
Bagian
Mu’allimin, lama belajarnya yaitu 3 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50%
Agama dan 50% pengetahuan umum.
3.
Mu’allimin
Atas, lama belajarnya yaitu 2 tahun. Mata pelajaranya terdiri dari 50% agama
dan 50% pengetahuan umum.
4.
Bagian
Mu’allimat, lama belajarnya yaitu 4 tahun. Mata pelajaranya yaitu 50% agama dan
50% pengetahuan umum.
5.
Bagian
Pesantren
6.
Bagian
menghafal Al-Qur’an.
Pesantren ini merupakan pesantren
terbesar dan terbanyak muridnya. Karena jumlah murid madrasah Ibtidaiyah
putera-puteri, Mu’allimin dan Mu’allimat adalah 2300 orang. Jumlah murid
seluruhnya yaitu 5700 orang pada tahun 1959.
Kitab-kitab yang dipakai pada
Pondok pesantren Rejoso antara lain:
Ajrumiah
Tasrifan
Maqsud
‘Imrithi
Qawaidul I’rab
Nahwul Wadlih
Alfiyah
Ibnu ‘Aqil
Fathul Qarib
Fathul Mu’in
Minhajul Qawim
Fathul Wahhab
Al-Mahalli
Iqna’
Tahrir
Syarqawi
Lathaiful Isyarah
Waraqat
Jam’ul Jawami’
Al-Luma’
Tafsir Jalalain
Jauharul Maknun
‘Uqudul Juman
Hadits Arba’in
Bulughul Maram
Tajridus Shahih
Hadits Buchari
Idhahul Mubham
Sanusi
Dusuqi
Jawahir Kalamiyah
‘Aqidatul ‘Awam
Minhajul ‘Abidin
Bidayatul Hidayah
Risalatul Mu’amanah
Irsyadul ‘Ibad
Alhikam
Ihya’ ‘Ulumuddin
Musthalah Hadits (Mahmud Yunus)
Pondok pesantren yang paling
terkenal yang ada di Jawa Timur adalah Pondok Modern Pesantren Gontor
Ponorogo. Pondok ini didirikan pada tahun 1926 M (1344 H). Kemudian
diperbaharui pada tahun 1936 M oleh Imam Zarkasyi. Pondok modern ini memiliki
gedung sendiri dan asrama sendiri serta aula besar tempat berceramah, berpidato
dan bersandiwara, dengan alat musiknya.
Dalam pondok ini murid-murid
dididik dan dilatih mengamalkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya serta mebiasakan
bercakap-cakap dalam bahasa Arab. Bahasa pengantar yang digunakan juga bahasa
Arab. Inilah satu-satunya madrasah di Indonesia yang pertama kali memakai
bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Metode yang digunakan dalam
mengajarkan bahasa Arab adalah metode langsung. Selain bahasa Arab, pndok ini
juga mementingkan bahasa Inggris.
Murid-murid Pondok Modern Gontor
memiliki organisasi yang mereka laksanakan sendiri dibawah pimpinan guru-guru.
Organisasi tersebut terdiri dari bagian olahraga, bagian kesehatan, bagian
keamanan, bagian kesenian, bagian penerangan, baian pelajaran dll.
Mata pelajaran yang diajarkan
tingkat Ibtidaiyah di Pondok Modern Gontor adalah sebagai berikut:
1.
Bahasa Arab:
Imlak, mengarang/pidato, membaca, hafalan, Khat, Nahwu/Saraf, Balaghah, Adab
Lughah.
2.
Ilmu-ilmu
Agama: Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, Hadits, Musthalah Hadits, Ushul Fiqhi,
Aqaid/Agama, mantiq, Tarikh Islam.
3.
Ilmu-ilmu umum:
berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu hayat, sejarah indonesia/umum,
ilmu bumi, pendidikan/ilmu jiwa, praktik mengajar, Tata Negara, gerak badan,
menggambar/seni suara, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
KESIMPULAN
Islam pertama kali masuk ke Jawa Timur pada abad ke-11. Hal ini dibuktikan
adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik pada tahun 1082.
Pengajaran Islam di Jawa Timur dilakukan oleh Wali Sanga. Karena lima dari
Wali Sanga menyebarkan Islam di Jawa Timur. Kelima wali tersebut adalah Sunan
Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di
Gresik, Sunan Giri di gresik, Sunan Drajat di Lamongan dan Sunan Bonang di
Tuban.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para Wali Sanga kebanyakan
menggunakan media pondok pesantren atau padepokan. Sehingga lembaga pendidikan
yang muncul dan berkembang di Jawa Timur adalah model pesantren.
Ciri-ciri pendidikan Islam di Jawa Timur yaitu kebanyakan berbentuk
pesantren yang mengacu pada pendidikan Arab. Adapula bentuk-bentuk madrasah
seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Mu’allimin, dan Mu’allimat.
Adapula Raudatul Athfal dan khusus Hafidz Qur’an.
Pembelajaran kebanyakan menggunakan kitab-kitab klasik. Namun sekarang
selain belajar kitab, kurikulum pendidikan Islam juga ditambah dengan mata
pelajaran umum. Hal ini adalah usaha untuk menyesuaikan perkembangan dan
tuntutan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Yunus, Mahmud.1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya
K Rukiati,Enung dan Hikmawati, Fenti.2006. Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
hhttp://syamsul14.wordpress.com/2013/04/03/pendidikan-islam-masa-permulaan-di-indonesia/
https://sites.google.com/site/spidijawatimur/